
Berita Update Terkini
Sebuah fakta mengejutkan terungkap di Bali: ratusan siswa sekolah dasar ternyata belum bisa membaca dengan lancar, tapi justru mahir bermedia sosial. Ketua DPR RI, Puan Maharani, langsung menyerukan perhatian serius terhadap masalah ini. Bagaimana bisa generasi digital native lebih cepat menguasai TikTok daripada buku pelajaran?
Fakta Miris di Balik Pesona Pariwisata Bali
Data terbaru menunjukkan bahwa di beberapa wilayah Bali, terutama daerah terpencil:
15% siswa kelas 3-6 SD belum lancar membaca
40% lebih memilih menghabiskan waktu dengan medsos daripada belajar
Hanya 30% yang rutin membaca buku di luar tugas sekolah
Padahal, Bali dikenal sebagai destinasi wisata dunia dengan infrastruktur modern. Ternyata, kemajuan pariwisata tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas pendidikan dasar.
Akar Masalah: Dari Gadget Hingga Kesenjangan Pendidikan
Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
Dampak Gadget yang Tak Terkendali – Orangtua lebih bangga anaknya bisa buat konten viral daripada bisa baca koran
Minimnya Perpustakaan Keliling – Akses buku bacaan masih terbatas di daerah pelosok
Metode Mengajar Konvensional – Guru kesulitan bersaing dengan daya tarik gim dan media sosial
Fenomena "Alay Tourism" – Banyak anak membantu usaha pariwisata keluarga daripada fokus sekolah
Respons Ketua DPR: "Ini Darurat Literasi!"
Puan Maharani menegaskan:
"Kita tidak boleh membiarkan generasi penerus lebih fasih berkomentar di Instagram daripada memahami bacaan. Ini darurat literasi yang butuh solusi cepat!"
DPR akan mendorong:
Program khusus literasi digital yang seimbang
Insentif bagi guru yang bertugas di daerah terpencil
Kolaborasi dengan komunitas lokal untuk gerakan membaca
Kisah Nyata: Aldi Bisa Edit Video tapi Tak Paham Soal Cerita
Seorang guru di Bangli bercerita:
"Ada murid saya bisa bikin video TikTok dengan efek khusus, tapi ketika disuruh membaca soal cerita sederhana, dia hanya bisa mengeja perlahan."
Solusi Kreatif yang Bisa Dicontoh
Beberapa inisiatif mulai bermunculan:
"Smartphone for Reading" – Memanfaatkan gawai untuk program baca digital
"Desa Literasi" – Melibatkan pesantren dan banjar dalam kegiatan membaca
"Satu Turis Satu Buku" – Menggalang donasi buku dari wisatawan