
Berita Update Terkini
Jakarta – Harga emas terus meroket dan diprediksi akan mencapai Rp2 juta per gram dalam waktu dekat. Kenaikan ini bukan hanya sekadar fluktuasi biasa, melainkan dipicu oleh faktor global dan domestik yang membuat logam mulia ini semakin menjadi primadona investasi. Bagaimana menyikapi tren ini? Simak analisis lengkapnya!
Faktor Pendongkrak Harga Emas ke Rekor Tertinggi
Ketegangan Geopolitik Global
Kebijakan The Fed yang Masih Ambigu
Sinyal penurunan suku bunga AS (Fed Rate) yang tertunda membuat dolar fluktuatif, sehingga emas menjadi pilihan stabil.
Melemahnya Rupiah
Nilai tukar rupiah yang masih lemah terhadap dolar AS (Rp16.000–Rp16.500) membuat harga emas dalam rupiah semakin mahal.
Permintaan Tinggi dari China dan India
Dua raksasa ekonomi ini terus meningkatkan pembelian emas, baik untuk investasi maupun perhiasan.
Prediksi Ahli: Rp2 Juta/Gram Bisa Terwaktu di 2025
Menurut Lukman Leong, Analis Logam Mulia PT Antam, jika kondisi global masih tidak stabil, harga emas bisa menyentuh Rp1,9–Rp2 juta per gram sebelum akhir tahun.
"Kami melihat potensi kenaikan masih kuat, terutama jika inflasi AS tidak terkendali dan bank sentral global tetap mempertahankan kebijakan moneter longgar," jelas Lukman.
Dampak pada Pasar Indonesia
Antam dan UBS (Unit Bisnis Syariah) kewalahan memenuhi permintaan – Antrian pembeli emas batangan semakin panjang.
Harga perhiasan ikut melambung – Pengrajin emas mulai menaikkan harga jual hingga 10–15%.
Investor ritel ramai-ramai beli emas digital – Platform seperti eMas, Pegadaian Digital, dan Tokopedia Emas mencatat peningkatan transaksi 30%.
Strategi Investasi Emas di Tengah Harga Tinggi
Beli Secara Berkala (Dollar-Cost Averaging)
Jangan langsung menghabiskan dana sekaligus, tapi beli sedikit demi sedikit untuk mengurangi risiko timing yang salah.
Manfaatkan Emas Digital untuk Fleksibilitas
Platform seperti Bibit Emas atau Ajaib Koin memungkinkan investasi emas mulai dari Rp10 ribu tanpa khawatir penyimpanan fisik.
Jangan Panik Jual Saat Ada Koreksi
Harga emas bisa turun sesaat, tapi tren jangka panjang tetap bullish.
Diversifikasi dengan Instrumen Lain
Alokasikan juga dana ke reksadana, obligasi, atau properti untuk meminimalkan risiko.